malam jarak pandang melihat bulan dengan terang
jelas tertampak di raut wajah seperti kekuning-kuningan
mata hanya bisa menatapi atas bumi, tetapi hati bisa menyentuhnya
cinta datang seperti cahaya dengan bias yang sangat terang tanpa detik yang berlalu
tidak percuma sebuah bintang menemani bulan dengan indah
tidak percuma aku menemanimu hingga kau terlelap
tidak percuma suaramu yang kubawa hingga di dalam mimpiku
ku tahan di dalam keheningan malam, dan ku pejamkan mata hingga ku tau itu kau yang datang
jarak kita berjauhan, antar galaksipun tak terhitung jumlah jaraknya
tapi cinta kita berdekatan, atom pun tak terukur kecilnya.
suatu saat aku pernah memulai cerita ini dengan nada bicaraku, dengan nafas yang keluar dari rongga hidungku yang begitu tertahan, seperti tak bisa bernafas sesak. tidak menyakitkan tetapi ada sediit kebimbangan, aku mulai menghelanya demikian. dengan itu aku bimbang harus dari mana yang ku mulai. harus ku ucapkan selamat datang atau selamat berpisah? harus ku ucapkan selamat pagi atau selamat malam?
setiap awal pasti ada akhir, di setiap akhir ada kebahagiaan dan kesedihan. aku mau bahagia...
aku mau menangis seperti seorang bayi yang baru lahir, tidak sedih tetapi tangisan kemerdekaanku. tangisanku berasal dari dirimu, tangisanku berasal dari bentuk dan rupamu, tangisanku berasal dari kesetiaanmu, tangisanmu mungkin dari aku yang mengecewakanmu.
aku bermimpi dengan malam, kau bermimpi dengan ceritamu. aku bergerak mengikuti mata angin, dan kau bergerak mengikuti arah anak sungai. aku bernyanyi mengikuti nada yang ada di hatiku, dan kau bernyanyi mengikuti lirik cinta seseorang. aku berlabuh di sebuah teluk kecil dan berbatu, kau berlabuh di sebuah pelabuhan megah. aku menutupi jalanku, dan kau membuka jalan yang ada di sekitarmu. aku mencoba membasuh diriku dengan air hujan, dan kau mencoba menari di tengah hujan. aku merakit pesawat terbang, kau justru membelinya. aku menyulam dengan benang wool, kau menyulam dengan jaring laba-laba. aku melempar lempengan batu ke permukaan air, kau melempar permata di tengah laut. aku mengarungi samudra dengan sekoci, kau berlayar dengan kapal karam. aku ungu, kau biru, aku hitam kau samar dimataku. ku anggap kau ada, kau anggap aku nyata. aku menanami bunga, kau menuai madunya. aku sempat bertahan, kau sempat menahan hilang dariku. aku cinta, kau anggap jalan bagi jalanmu, mencarimu, menemukanmu, menggapaimu, dan meraihmu serta memilikimu itu harapanku.
-i&i-
Geen opmerkingen:
Een reactie posten